Minggu, 21 November 2010

Berikut 8 cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan otak kanan:

1. Selalu bertanya; “Apakah ada cara lain..??” “Dengan begitu, otak kita dipacu untuk mencari alternative-alternatif terbaik!”

2. Menentang kebiasaan, rutinitas, dan tradisi. “nih dia gan,, wajar aja seorang entrepreneur pasti punya latar belakang yang tidak biasa dan menentang tradisi!”

3. Memainkan permainan - permainan mental, berusaha melihat masalah dari berbagai sudut pandang. Ayo gan main rubik! Ngelatih otak n emosi banget tuh!”

4. Menyadari bahwa ada lebih dari 1 jawaban yang benar. “Ini gak boleh dilakukan bagi anak SMA yang sedang ujian pilihan ganda! Karena hanya; PILIHLAH SATU JAWABAN YANG BENAR!”

5. Melihat masalah sebagai batu loncatan untuk menemukan ide-ide baru. “Kalau dapet masalahnya terlalu banayak dan berat, berarti sedang di Uji sama yang DI ATAS! Mending segera tobat n banyak berdo’a deh.. hehe”

6. Melihat kesalahan dan kegagalan sebagai sarana untuk memperoleh keberhasilan. “Jangan dikit - dikit ngeluuuuuuuuh aja kerjaanya! Gak guna!”

7. Menghubungkan ide-ide yang tidak berhubungan untuk menemukan solusi yang baru dan inovatif. “Jangankan menghubungkan ide, ber-ide aja susah.. yang ada juga copas ide!”

8. Memiliki “keteramplian helicopter” yaitu melihat dari atas dan menyeluruh terhadap berbagai hal rutin yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan kemudian mengambil keputusan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi.

Lembah Indah di Ranah Minang

Sebuah lembah indah yang terletak di Gunung Singgalang menjadi ikon pariwisata andalan Provinsi Sumatera Barat. Ngarai Sianok, nama lembah elok ini berada di perbatasan kota Bukittinggi, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Bentangan megah lembah terjal memanjang hingga mencapai 15 kilometer. Lebarnya 200 meter dengan kedalaman jurang sampai 100 meter.

Karena dialiri "Batang Sianok" yang artinya sungai yang jernih, ngarai atau lembah ini disebut Ngarai Sianok. Batang Sianok kini bisa diarungi dengan menggunakan kano dan kayak yg disaranai oleh suatu organisasi olahraga air "Qurays". Rute yang ditempuh adalah dari Desa Lambah sampai Desa Sitingkai Batang Palupuh selama kira-kira 3,5 jam
Photo credits - F Dewi Ria Utari

Ngarai Sianok memanjang dan berkelok sebagai garis batas kota dari selatan Ngarai Koto Gadang sampai di Ngarai Sianok Enam Suku, dan berakhir di Palupuh, merupakan bagian dari patahan yang membelah dua Pulau Sumatera. Patahan yang terkenal dengan nama Patahan Semangko (bentuknya bagaikan semangka dibelah) ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau - hasil dari gerakan turun kulit bumi (sinklinal) - yang dialiri Batang Sianok yang airnya jernih. Di zaman kolonial Belanda, jurang ini disebut juga sebagai kerbau sanget, karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai.

Ngarai Sianok yang juga kerap disebut sebagai “Dream Land of Sumatera” memiliki panorama alam yang sangat mempesona dan udaranya begitu sejuk. Laksana selimut beludru hijau dikelilingi perbukitan asri, inilah penampakan lembah indah ini bila dilihat dari atas. Pada bukit-bukit di Ngarai Sianok tumbuh tanaman langka seperti Rafflesia atau Bunga Bangkai, tanaman obat-obatan, dan lain sebagainya. Di dasar ngarai Anda bisa berjalan-jalan santai, menyapa penduduk setempat yang tinggal di area permukiman di sekitarnya. Anda pun dapat menjumpai fauna beragam di Ngarai Sianok seperti monyet ekor panjang, siaman, simpai, rusa, babi hutan, macan tutul, dan tapir.

Photo credits - F Dewi Ria Utari

Jika dinikmati dari Taman Panorama yang sengaja dibangun oleh pemerintah daerah di bagian kawasan Bukit Tinggi, keindahan Ngarai Sianok tampak sangat luar biasa. Dari Taman Panorama tersebut pula banyak wisatawan lokal maupun mancanegara menikmati matahari terbit dan tenggelam di Ngarai Sianok. Keindahannya begitu menakjubkan dan merupakan target yang bagus bagi fotografer profesional maupun amatir serta pelukis alam untuk mengabadikannya.

Ketika matahari terbit menyibak langit dan muncul dari celah-celah lereng ngarai dengan cahaya menyilaukan, atau saat “sang raja siang” itu bersiap rebah menjelang senja dengan meninggalkan jejak-jejak jingga di sisi dinding ngarai, merupakan pemandangan indah yang sangat sayang untuk dilewatkan.

Bila Anda ingin menikmati keindahan ngarai dari Taman Panorama, cukup membayar retribusi sebesar Rp 3.000 per orang. Di Taman Panorama, pengunjung juga dapat menikmati pula lokasi wisata Lobang Jepang di bawah tanah kawasan Ngarai Sianok. Hanya saja perlu membayar biaya pemandu lagi sekitar Rp 20.000. Letak Lobang Jepang ini sekitar 40 meter di bawah tanah. Lubang ini didirikan pada 1942-1945 oleh penduduk-penduduk setempat atas perintah paksa tentara Jepang. Di dalam lorong bawah tanah, terdapat 21 lorong kecil. Di antaranya ada lorong penyimpanan amunisi, dapur, penjara, ruang sidang, ruang penyiksaan, tempat pengintaian, tempat penyergapan, dan pintu pelarian.

Photo credits - F Dewi Ria Utari

Untuk mencapai Taman Panorama Ngarai Sianok yang berjarak sekitar 1 km dari pusat Kota Bukittinggi (kawasan Jam Gadang dan Pasar Atas) dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan atau berjalan kaki sembari menikmati kesejukan udara Bukittinggi. Pemandangan Ngarai yang memukau bisa dinikmati dari sana seraya melihat kelincahan monyet-monyet ngarai yang hidup bebas di kawasan Taman tersebut.

Sejumlah maskapai penerbangan menyediakan jadwal terbang dari Jakarta ke Bandara Internasional Minangkabau, Padang. Dari Padang, menuju Bukittinggi yang berjarak 90 km dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan sewa atau minibus.

Nah, selamat berwisata ke Ngarai Sianok!

Misteri Batu-batu Berjalan di California

Pernah dengar misteri batu meluncur atau batu berjalan? Ya, batu berjalan menjadi salah satu misteri yang paling menarik dari Death Valley National Park, tepatnya di danau kering Racetrack Playa, California-AS. Batu berjalan itu dapat ditemukan dengan mudah di permukaan Playa dengan jejak panjang di belakangnya.

Bagaimana mereka dapat bergerak atau berpindah masih menjadi misteri besar di benak para peneliti. Pasalnya, batu yang berjalan tidak hanya batu kecil yang mudah tertiup oleh angin. Ada beberapa batu besar dengan berat ratusan kilogram yang juga turut "jalan-jalan".

Pertanyaan besar yang tentu saja akan muncul kemudian: bagaimana cara mereke bergerak? Ini menjadi tantangan besar bagi para peneliti. Mengapa fenomena ini menjadi misteri? Karena, tidak ada satu orang pun yang pernah melihat ia berjalan.

Sampai hari ini, faktanya adalah tidak ada seorang atau satu organisasi pun yang mengetahui bagaimana batu-batu itu bisa berpindah tempat, meski beberapa orang sudah mempunyai penjelasannya masing-masing menurut nalar. Menarik untuk disimak.

Batu berjalan di Racetrack PlayaTapi, sebelumnya, sekadar diketahui apa dan di mana Racetrack Playa. Racetrack Playa adalah danau kering yang datar dengan panjang empat kilometer dan lebar sekitar dua kilometer. Terletak di California-AS, permukaannya terdiri dari batuan sedimen yang terbuat dari lumpur dan tanah liat.

Iklim di daerah ini juga kering. Hujan hanya terjadi beberapa inci per tahun. Namun, saat hujan, pegunungan terjal yang mengelilingi Racetrack Playa akan menyuplai air ke permukaan danau dan menyulapnya menjadi danau dangkal yang sangat luas. Sayangnya, ini hanya bertahan beberapa hari saja. Setelah itu, dalam keadaan basah, permukaannya berubah menjadi lumpur yang lembut dan licin.

Ada beberapa asumsi atau penjelasan tentang mengapa batu-batu di Racetrack Playa dapat berjalan. Semua penjelasan tersebut masuk akal. Bisa jadi Anda setuju dengan salah satunya. Namun, sampai saat ini belum ada yang dapat membuktikannya bersama-sama secara ilmiah.

Apakah mereka digerakkan oleh manusia atau hewan?
Jejak yang terbentuk di belakang batu menunjukkan bahwa batu-batu berjalan itu berpindah saat permukaan Racetrack Playa masih ditutupi dengan lumpur yang sangat lembut. Dan, di sekitar jejak batu, tidak ada lumpur yang rusak akibat jejak makhluk hidup lainnya. Artinya, sangat kecil kemungkinan batu tersebut dipindahkan oleh manusia dan hewan.

Apakah mereka digerakkan oleh angin?
Ini penjelasan paling favorit dan dipilih banyak orang karena dinilai paling mungkin. Bukan asal tebak atau sekedar menerka-nerka. Tapi, jika dipelajari dari jejak batu yang berjalan, arahnya sejajar dengan arah angin yang berhembus di Racetrack Playa, yakni dari barat daya ke arah timur laut.

Hembusan angin kencang diperkirakan mampu menyenggol batu sampai berpindah tempat. Kurva pada jejak batu tersebut dibentuk oleh pergeseran arah angin yang membawanya, karena interaksi angin dan batu tidak teratur.

Batu berjalan di Racetrack PlayaApakah mereka digerakkan oleh es?
Beberapa orang mengaku sempat menyaksikan Racetrack Playa tertutup oleh lapisan es tipis. Idenya, air membeku di sekitar batu. Lalu, angin berhembus di atas permukaan es dan menyeret lapisan es berikut batu yang tertancap di permukaan es.

Beberapa penelitian telah menemukan jejak sangat kongruen pada beberapa batu. Namun, seharusnya pengangkutan lapisan es besar diharapkan meninggalkan tanda para permukaan Playa. Sampai saat ini, tanda tersebut belum bisa dibuktikan.

Mungkin Anda setuju dengan salah satu dari beberapa penjelasan di atas. Atau, tidak ada salahnya jika Anda mempunyai penjelasan lain yang berbeda. Tetapi, mungkin cerita ini akan tetap menarik jika jawabannya tidak pernah diketahui dan menjadi misteri.